Jumat, 20 September 2013

Prolog

Langit malam ini sepertinya tak bersahabat. gelap tanpa tabur-tabur bintang yang menghiasi. sepi bagai tak berpenghuni. menilik dengan seksama kalender bulan September 2013, kedua mataku seperti menari-nari diantara deretan angka dalam kalender, hanya untuk mencari angka dua puluh enam. ya, tanggal 26 September 2013. rupanya tak lama lagi hari itu akan tiba.
berkaca melihat diriku, memperhatikan setiap detail hal-hal yang ku lakukan benar-benar di luar dugaanku. Tuhan sepertinya punya maksud tersendiri yang tak pernah kutebak sebelumnya. Kau telah menyeretku masuk dalam bagian hidupmu.

Sosoknya kadang seperti dua sisi mata uang yang berbeda. disisi lain kau bisa menemukannya sebagai cahaya diantara awan kelabu yang bergelayut berat diatas kepalaku. namun kau juga bisa menemukannya seperti Api yang berkobar melahap habis seonggok kayu. Namun sekali lagi, aku tak peduli. 

Sebutir air mendarat di wajahku seketika. tak lama butir-butir air yang mengalir deras di pipiku tanpa bisa kubendung lagi. rasanya air mataku perlahan menghapuskan harapan-harapan yang telah kubangun. melihat sosokmu di pelupuk mataku, kembali membuatku terlihat bodoh mengulangi hal yang sangat kubenci. membuatmu terluka. Namun sekali lagi, aku tetap tak peduli.

Potongan demi potongan kejadian kita selama ini rupanya tak pernah mematahkan harapanku. kuharap kau pun begitu. walaupun aku tak bisa menyentuh sudut-sudut hatimu,berharap sedikit banyak tahu apapun yang kau rasakan. kenyataan pahitnya, aku hanya berpondasi pada perasaanku saja. entah seperti apa kokohnya pondasi yang ku yakini, aku tetap tak peduli.

Begitulah.
Begitulah caraku mencintaimu.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar